Cristiano Ronaldo adalah salah satu pencetak gol terbaik di dunia tetapi statistik memperlihatkan perubahan peran dalam dirinya. Guillem Balague melihat lebih dalam lagi apa saja perbedaan bagi pemain bintang Real Madrid ini…
2016 adalah tahun yang spesial bagi Cristiano Ronaldo. Dia memenangkan Liga Champions bersama Real Madrid dan gelar Eropa bersama Portugal.
Ada juga tawaran kontrak baru di Bernabeu di bulan November, dia memenangkan gelar Ballon d’Or keempatnya bulan Desember, dan dia menutup tahun tersebut dengan hatrik dalam kemenangan final Real Madrid di Piala Dunia antar klub.
Ronaldo memang belum ada tanda-tanda akan menyamai rekor tersebut di tahun 2017, tetapi Real Madrid kini unggul satu poin di puncak La Liga meski belum memainkan dua pertandingan lainnya. Mereka juga mengejar trofi Liga Champions kedua secara beruntun.
Ronaldo berusia 32 tahun hari Minggu lalu, tetapi rekor golnya selama tiga tahun terakhir memperlihatkan bahwa dia masih jadi pemain yang sangat penting bagi Madrid. Dengan 96 gol La Liga sejak awal musim 2014/15, dia telah mencetak 11 gol lebih banyak dibandingkan siapa pun.
Musim ini, dia ada di belakang Luis Suarez dan Lionel Messi dengan 13 gol dari 16 gol yang dicetak mereak, tetapi dia rata-rata masih mencetak satu gol untuk setiap pertandingan dimainkan, dan rekor fenomenalnya ini menyoroti statusnya sebagai salah satu pencetak gol paling konsisten di dunia.
Gol terus berdatangan, tetapi analisis lebih mendalam terhadap statistik memperlihatkan bahwa perannya telah berubah.
Kontribusi keseluruhannya tidak sama. Usia telah merontokkan sejumlah kemampuan fisiknya. Misalnya dribble. Dari rata-rata 6,5 dribble per 90 menit di musim pertamanya di Madrid, sekarang rata-rata dia hanya mencatat dua saja. Terus ada penurunan yang stabil.
Kemampuan Ronaldo untuk mengalahkan pemain lawan adalah salah satu kualitas terbaiknya ketika pertama kali datang ke Real Madrid dari Manchester United. Tetapi saat ini, ketimbang jadi pemain sayap, dia justru lebih mirip pemain nomor sembilan.
Dia bermain lebih dekat dengan gawang lawan karena kehilangan kekuatan fisiknya. Dia juga tidak terlalu banyak berkembang sebagai pemain, dia semakin mengurangi area pengaruhnya.
Itu artinya dia menghabiskan lebih sedikit waktu membawa bola. Sama seperti total dribble, statistik umpannya juga perlahan-lahan hilang. Dia mencatatkan 40 umpan per 90 menit di musim pertama di Bernabeu. Sekarang, dia membuat kurang dari 30.
Cerita yang sama dengan jumlah peluang yang dia ciptakan untuk rekan setimnya. Ronaldo telah mencapai dua digit untuk asist dalam lima musim penuhnya di La Liga, tetapi setelah paruh musim ini usai totalnya hanya mencapai tiga asist saja.
Tidak heran, karena setelah rata-rata mencapai dua peluang per 90 menit dalam lima dari musim sebelumnya di Bernabeu, kini dia hanya mencatat rata-rata 0,9 peluang per 90 menit.
Statistik memperlihatkan dia bukan lagi pemain lengkap seperti dulu, dan sejumlah fans Real Madrid bahkan mengejeknya setelah dia gagal mengkonversi sejumlah peluang di beberapa laga menghadapi Malaga dan Real Sociedad.
Di banyak cara, Ronaldo adalah korban dari kesuksesannya sendiri setelah menentukan standar yang sangat tinggi, dan, sebagai konteks, perlu juga membandingkan rekor terbarunya dengan rekor penyerang lain di seluruh Eropa.
Hanya empat di antara mereka – Edinson Cavani, Alexandre Lacazette, Pierre-Emerick Aubameyang dan Lionel Messi – berhasil mencetak rata-rata lebih banyak gol per pertandingan dibandingkan Ronaldo musim ini.
Ronaldo bukanlah pemain dominan seperti dulu lagi, tetapi dia telah jadi spesialis dalam penyelesaian satu dua, dan ketika Real Madrid membidik kejayaan lainnya di tahun 2017, dia masih tetap jadi salah satu pemain paling berpengaruh dalam tim.