Analisis Pep Guardiola terkait kekalahan 4-0 Manchester City di Everton mengangkat pertanyaan mengenai kemampuan menjaga gawang Claudio Bravo. Dia boleh saja menunjukkan tanda-tanda baik dalam memainkan umpan tetapi kemampuan menghentikan gol penjaga gawang ini jadi inti permasalahan City…
Pep Guardiola menjelaskan sejak awal masa kepelatihannya di Manchester City bahwa dia akan melakukan idealismenya dengan menyisihkan penjaga gawang Inggris nomor 1 Joe Hart dan mendatangkan penjaga gawang Barcelona Claudio Bravo seharga 17,1 juta pounds sebagai penggantinya.
Keputusan kontroversial tetapi, setelah mengkritik kemampuan umpan Hart, Guardiola menekankan bahwa kemampuan penjaga gawang Cile untuk mengirim bola secara presisi dan akurasi sepakannya adalah sesuatu yang dia butuhkan agar City bisa mengawali serangan dari belakang.
Tetapi, ketika Bravo ada di urutan kedua di Liga Primer untuk akurasi umpan, kemampuan meredam serangannya jadi masalah besar bagi tim.
Guardiola terkejut dengan kemampuan bertahan penjaga gawang barunya tersebut setelah derbi Manchester, ketika Bravo jelas bersalah untuk gol penyeimbang Zlatan Ibrahimovic dan beruntung tidak melakukan penalti setelah pelanggaran keras terhadap Wayne Rooney, tetapi permasalah kemampuan mencegah gawangnya juga masih belum terselesaikan.
Tidak ada kiper lain yang telah kehilangan bola lebih banyak musim ini dibanding Bravo (tiga). Bravo juga kebobolan dalam 42,6 persen dari tembakan yang mengarah ke gawang di Liga Primer sejauh ini – jumlah yang sangat tinggi.
Hanya penjaga gawang Swansea City Lukasz Fabianski dan penjaga gawang Southampton Fraser Forster yang kebobolan lebih banyak dengan persentase yang lebih besar, sedangkan penjaga gawang Tottenham Hugo Lloris (26 persen), Arsenal Petr Cech (28,2) dan Chelsea Thibaut (28,8) jadi penjaga gawang yang lebih baik.
Bahkan duo Liverpool yang banyak dikritik sekalipun Simon Mignolet (35,3) dan Loris Karius (38,2) masih lebih baik dari Bravo.
Bravo lagi-lagi terekspos di Goodison Park. Pengamat sepak bola Jamie Carragher mengatakan dia “harusnya menyelamatkan” gol pembuka Romelu Lukaku, sedangkan pemain muda Tom Davies dan Ademola Lookman berhasil menaklukan penjaga gawang ini dari sudut sempit.
Everton mencetak gol dari empat tembakan ke gawang, memperpanjang rekor buruk Bravo menjadi 14 gol dari 22 tembakan ke gawang yang dia hadapi di Liga Primer.
Dengan Hart yang dipinjamkan ke Torino dan penjaga gawang cadangan Willy Caballero sejauh ini hanya bermain di EFL Cup dan FA Cup, tidak ada pilihan alternatif. Tetapi, harus ada perbaikan.
Ketika Guardiola tidak mengkritik Bravo setelah pertandingan Everton, dia terus menyebutkan masalah yang sama di timnya – gagal memanfaatkan peluang dan harus diganjar oleh kelemahan di lini belakang mereka.
“Kami memberikan performa yang baik di babak pertama dan kami menciptakan banyak peluang mencetak gol,” ungkapnya. “Mereka menyerang sekali dan mencetak gol. Dan di babak kedua mereka mencetak gol kedua. Dan itu jadi situasi yang berat secara mental bagi para pemain.
“Saya pikir semua dimulai di laga Everton di kandang ketika kami melewatkan dua tendangan penalti. Setelah itu banyak, banyak sekali pertandingan kami menciptakan peluang tetapi tidak mencetak gol dan ketika mereka menyerang kami dihukum dan itu sangat berat bagi pemain.
“Dalam sepak bola, anda terkadang tidak perlu melakukan banyak hal untuk mencetak gol. Lain halnya dengan hari ini, hampir sepanjang musim dan sungguh berat bagi pemain mengatasi situasi ini.”
Statistik memperlihatkan persepsi dari Guardiola tersebut. Rata-rata musim ini City mencetak satu gol untuk setiap 2,8 tembakan yang mereka arahkan ke gawang – tetapi mereka kebobolan satu gol untuk setiap 2,5 gol yang diarahkan ke gawang mereka.
Angka itu tidak menggambarkan ketenangan City di lini depan tetapi juga menyoroti kelemahan City di lini belakang mereka, Bravo.
City ada di urutan tujuh Liga Primer untuk gol per tembakan ke gawang. Mereka ada di urutan 18 dalam hal gol kebobolan per tembakan yang diarahkan ke arah mereka.
Kegigihan Guardiola untuk menggantikan Hart dengan mantan penjaga gawang kesayangannya adala hak prerogatifnya. Tetapi, debat yang mewarnai kepindahan itu juga berarti performa Bravo akan terus jadi sorotan. Dan saat ini, dia tidak memberikan performa yang diperlukan untuk berhasil membungkam kritik tersebut.