Rafael Benitez masih melayani Liverpool bahkan ketika dia sudah bukan lagi manajer Liverpool. Tepat setelah dia dipecat oleh Inter Milan di bulan Desember 2010, mantan bos the Reds ini mengangkat telepon dan menghubungi teman dekatnya Frank McPartland yang, saat itu, adalah kepala dari akademi Kirkby milik Liverpool.
Selama pembicaraan itu, Benitez sangat memuji-muji pemain muda Inter Philippe Coutinho, pemain yang sangat dia sukai selama masa kepelatihannya yang singkat di San Siro. Pelatih asal Spanyol ini mendesak Liverpool untuk mengejar Coutinho dan memberi tahu McPartland bahwa dia punya keuntungan karena klub Italia belum benar-benar mengeluarkan potensinya.
Di akhir pembicaraan itu, McPartland menginformasikan direktur sepak bola Liverpool Damien Comolli tentang saran Benitez tersebut. Comolli langsung mengirimkan pemandu bakat Liverpool untuk mengamati pemain muda Brasil ini dan mereka kembali dengan laporan yang sangat positif.
“Di musim semi 2012, pemilik memberi tahu saya bahwa kami punya bujet pengeluaran terbatas per pemain sebesar 10 juta euro dan kami hanya bisa mendatangkan pemain yang di bawah 21 tahun,” ungkap Comolli saat ini.
“Saya mengatakan kepada pencari bakat: ‘Coutinho jadi prioritas kita karena kita sedang mencari pemain sayap untuk menggantikan Dirk Kuyt. Dia [Coutinho] belum bisa dibeli karena mereka mentransfernya ke Espanyol dengan status pinjaman saat itu.
“Kami bahkan tidak tahu bahwa dia sebagus itu – sungguh sulit menyaksikannya bermain karena dia tidak pernah dimainkan di Inter. Kami tahu tentangnya, kami tahu dia bagus, tetapi hanya ketika Rafa mengatakan dia akan jadi pemain kelas dunia. Ketika seseorang seperti Rafa mengatakan satu hal tentang pemain seperti ini, anda harus mendengarnya.
“Kepala rekrutmen kami mengatakan dia adalah pemain terbaik yang bisa kami dapatkan. Tetapi saya dipecat, kemudian Kenny Dalglish dipecat.”
DI bawah rezim baru, Liverpool akhirnya mendatangkan Coutinho, tanggal 30 Januari 2013 dengan bandrol sebesar 8,5 juta pounds. Dia dengan cepat mempertontonkan bakatnya di Merseyside dan, empat tahun kemudian, laporan transfer besar ke Barcelona sempat mencuat sebelum dia akhirnya menandatangani kontrak baru selama lima tahun ke depan akhir pekan lalu. Akan tetapi, bagi Inter, dia tetaplah pemain yang dibiarkan pergi.
“Sebuah penyesalan besar bagi saya menjualnya – mungkin salah satu penyesalan terbesar saya selama 20 tahun di Inter,” ungkap direktur olah raga Inter Milan Piero Ausilio.
Coutinho didatangkan Inter di tahun 2008 dari tim asal Brasil Vasco da Gama saat masih berusia 16 tahun. Akan tetapi, aturan FIFA berarti dia belum bisa pindah ke Italia sampai berusia 18 tahun dan dia langsung kembali ke klub asalnya dengan status pinjaman selama dua tahun berikutnya. Dalam periode itu, Nerazzurri dengan saksama memonitor perkembangannya di Brasil dan mengundangnya berkunjung ke Milan beberapa kali.
Coutinho akhirnya tiba di San Siro secara permanen di musim panas 2010 – tahun setelah Inter memenangkan Liga Champions di bawah asuhan Jose Mourinho. Dia adalah satu-satunya pemain baru klub musim panas itu, dan dianggap sebagai masa depan klub.
“Dia masih sangat muda sekali dibanding sekarang,” ungkap mantan pemain bertahan Inter yang sudah pensiun Cristian Chivu. “Dia muda tetapi anda bisa melihat kualitas yang dimilikinya.”
Ausilio menambahkan: “Saya punya kenangan luar biasa dengan Coutinho, baik sebagai pemain dan juga secara pribadi. ketika dia tiba di sini, kualitasnya langsung mengejutkan kami – dia serius dan ingin bekerja keras dan anda bisa melihat bahwa dia punya semua syarat untuk berkembang dan melakukan apa yang telah dilakukannya sejauh ini.”
Di kamar ganti, Coutinho terkenal sangat pemalu dan dia kesulitan beradaptasi dengan gaya sepak bola di Serie A. Belum tersohor saat itu, dia bekerja keras untuk memperbaiki kekurangan fisiknya dan menghabiskan banyak waktu di bulan-bulan awalnya di Inter di dalam pusat kebugaran Angelo Moratti Sports Centre, bekerja tanpa kenal lelah untuk membangun otot dan kekuatannya.
“Anda bisa melihat situasi sedikit berat baginya, apalagi dengan fisik di mana dia kesulitan mendapatkan tenaga,” ungkap Chivu. “Tetapi saya pikir itu hal normal di usianya.”
“Saya harus menjelaskan konteks saat dia tiba,” ungkap Ausilio. “Karena, pastinya, dia akan jadi pemain reguler jika tetap di sini sekarang, bermain di seluruh permainan kami dan meraih sukses yang saat ini dia miliki di Liverpool. Dia hanya saja tidak siap secara fisik dan masih harus terbiasa dengan cara bermain yang berbeda di sini.”
Coutinho hanya mencatatkan 28 penampilan selama satu setengah musim pertamanya di Inter, beberapa laga di antaranya berlangsung buruk.
“Saya terkesan dengannya di sesi latihan karena anda bisa melihat kualitasnya, anda bisa melihat apa kemampuan pemain ini,” ungkap Chivu. “Dia bermasalah saat bertanding, tetapi itu normal.
“Di pertandingan anda harus menghadapi tekanan, tekanan pendukung, pers, tekanan tim lain. Jelas berbeda. Anda bisa semuanya. Saya sangat terkesan dengannya dan saya tahu, cepat atau lambat, bahwa dia bisa jadi pemain kelas atas.”
Di bulan Januari 2012, Mauricio Pochettino memanfaatkan hubungan dekatnya dengan Ausilio untuk mendatangkan Coutinho dengan status pinjaman lima bulan untuk tim La Liga Espanyol, di mana dia tampil luar biasa – memanfaatkan jatah bermain yang akhirnya dia dapatkan. Pochettino kemudian berusaha mendatangkan Coutinho ke Southampton satu tahun kemudian, tetapi gagal.
“Ketika dia [Coutinho] kembali, Inter telah mengambil arah baru,” ungkap Ausilio. “Kami mengubah pelatih kami lagi – dan kami berusaha mencari keberlanjutan, dan kami telah mengubah beberapa pemain.
“Kami mengganti pelatih bulan Juni – dengan Gian Piero Gasperini masuk, dan kemudian dia digantikan setelah baru tiga bulan dengan Claudio Ranieri – jadi sungguh masa yang sulit bagi Inter, bukan hanya untuk Coutinho.
“Setelah satu tahun, dia tidak bermain reguler, tetapi kami bisa melihat dia punya bakat. Mungkin kami hanya punya beberapa pemain berbakat lain di depannya saat itu – seperti Diego Milito, Wesley Sneijder, Antonio Cassano dan Rodrigo Palacio – jadi dia tidak bisa bermain reguler, dan dia membutuhkannya.”
Coutinho mulai meminta kesempatan lebih banyak. Minat lama Liverpool akhirnya terwujud dengan tawaran transfer di bulan Januari 2013, dengan mantan manajer Brendan Rodgers menjanjikan jatah bermain reguler. Pemain sendiri, telah menentukan pilihannya.
“Jujur saja, saat itu, Inter sudah mempersiapkan beberapa transfer berbeda,” ungkap Ausilio. “Kami sudah memasuki tahap negosiasi awal dengan pemilik baru dan tengah membicarakan pemegang saham baru.
“Inilah momen di mana kami memiliki pelatih muda baru – Andrea Stramaccioni – dan kami harus menjual pemain terlebih dahulu untuk bisa membeli.
“Kami punya kesempatan untuk menjual pemain yang tidak sering bermain dan kemuidna, dengan tawaran transfer, kami punya kesempatan membeli pemain yang lebih cocok dengan apa yang diinginkan pelatih.
“Jadi uang yang didapatkan diinvestasikan ulang untuk membeli Mateo Kovacic, yang kemudian dijual dengan harga lebih tinggi – nyaris 40 juta euro ke Real Madrid.
“Kami sudah menyelesaikan pembelian Mauro Icardi dari Sampdoria, jadi uang penjualan Coutinho sebetulnya memungkinkan kami membawa masuk Kovacic dan juga membeli Icardi.”
Akan tetapi, dari sudut pandang Chivu, pintu ditutup bagi Coutinho terlalu cepat.
“Menurut pendapat saya, dia bermain baik tetapi orang-orang berharap lebih,” ungkap mantan pemain internasional Rumania ini. “Mereka selalu lupa bahwa dia masih sangat muda, jadi dia butuh waktu. Situasinya sulit bagi dia dalam periode itu, tetapi saya pikir jadi pengalaman yang baik bisa jadi bagian dari tim papan atas di Italia, yang mempersiapkan dia untuk tantangan berikutnya.
“Sungguh rumit. Sepak bola Italia dan sejumalh klub papan atas Italia tidak terlalu bersabar dengan pemain muda. Saya kira klub melihat bakat yang mereka miliki, mereka melihat apa yang dia mampu lakukan. Tetapi mereka tidak memberi waktu – dan tidak mau menemukan waktu – menunggunya dan memberikan kesempatan untuk berkembang dengan cara yang normal.”
Level penampilan Coutinho di Merseyside dengan cepat memperlihatkan bahwa Inter terlalu cepat menyerah. Performanya dilaporkan kembali ke Inter, yang diterima dengan sejumalh kejutan.
“Kami selalu mengatakan Liga Primer secara fisik lebih sulit dibanding Italia,” ungkap Chivu. “Baginya, itu tanda tanya: jika dia bisa bermain di sana maka dia tidak bermain di Italia. Karir yang dia miliki saat ini dan apa yang akan dia dapatkan setelahnya, kami hanya bisa mengatakan: chapeau [selamat!].
“Liverpool melihat potensi itu dan mereka menawarkannya kontrak baru. Mereka tidak mengulang kesalahan yang mungkin dibuat Inter beberapa tahun lalu.”
Liverpool jelas tidak setuju, tetapi Ausilio masih memegang harapan bahwa dia dan Inter bisa memperbaiki kesalahan itu di masa depan.
“Karir Coutinho dimulai di sini berkat kami,” ungkapnya. “Dia bermain di skuad Brasil U17 dengan pemain sekelas Neymar dan Lucas Moura, jadi kami bekerja keras untuk mendapatkan pemain berbakat seperti dia.
“Sekarang kami punya pemilik kuat, meski Financial Fair Play masih mempengaruhi bisnis kami, tetapi saya juga tidak bisa mengelak jika anak ini bisa saja mengakhiri karirnya di Inter – ini sesuatu yang selalu kami harapkan.”